Teknologi, Pedagogi Baru, dan Pembelajaran Terbalik: Mendorong Pembelajaran yang Lebih Dalam
Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Michael Fullan dalam video ini membahas bagaimana teknologi dapat mengakselerasi dan memperdalam kualitas pembelajaran, meskipun tidak secara otomatis1. Kuncinya terletak pada penggunaan teknologi yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang mendalam atau yang disebut sebagai 6C: critical thinking (berpikir kritis), communication (komunikasi), creativity (kreativitas), collaboration (kolaborasi), character education (pendidikan karakter), dan citizenship (kewarganegaraan)1.
Fullan menjelaskan bahwa ada dinamika “push and pull” dalam pendidikan saat ini. Sisi “push” adalah meningkatnya rasa bosan di kalangan siswa seiring dengan kenaikan kelas, yang juga berdampak pada guru. Sementara itu, sisi “pull” adalah daya tarik dunia digital yang sangat besar dan terus berkembang. Tujuannya adalah untuk memanfaatkan daya tarik teknologi ini untuk meningkatkan pembelajaran.
Bagaimana Teknologi Meningkatkan Pembelajaran?
Teknologi memiliki potensi besar untuk mengubah cara kita belajar dan mengajar:
• Pembelajaran yang Sangat Menarik: Teknologi dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa dan guru.
• Akses 24/7: Teknologi memungkinkan akses ke informasi kapan saja dan di mana saja, mendukung pembelajaran di luar jam sekolah. Hal ini bahkan dapat menggandakan waktu belajar siswa yang termotivasi.
• Pemecahan Masalah di Dunia Nyata: Teknologi dapat digunakan untuk mengerjakan proyek yang berakar pada pemecahan masalah di kehidupan nyata.
Peran Guru dan Siswa dalam Era Teknologi
Dalam konteks ini, peran guru bertransformasi menjadi “change agent” (agen perubahan) dan “activator” (penggerak), yang mengorkestrasi pembelajaran dan membantu siswa menemukan minat mereka1. Sementara itu, siswa menjadi “partner in learning” (mitra dalam pembelajaran), belajar tidak hanya dari guru tetapi juga dari sesama siswa.
Pembelajaran Terbalik (Flipped Classroom)
Model pembelajaran terbalik menjadi salah satu contoh bagaimana teknologi diintegrasikan ke dalam pedagogi baru. Dalam model ini, siswa mempelajari materi melalui video (baik buatan guru maupun sumber lain) di luar kelas, dan waktu di kelas digunakan untuk diskusi mendalam dan pemahaman konsep.
Fokus pada Kualitas dan Pedagogi
Meskipun potensi teknologi sangat besar, Fullan menekankan pentingnya fokus pada kualitas pembelajaran dan pedagogi yang efektif. Sekolah-sekolah yang berhasil mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran menunjukkan bahwa siswa bekerja dalam kelompok, mengakses informasi melalui perangkat mereka, dan guru berperan sebagai orkestrator1.
Deep Learning dan Keterampilan Kewirausahaan
Tujuan pembelajaran yang mendalam (6C) juga terkait erat dengan keterampilan kewirausahaan, yang dalam konteks ini tidak hanya terbatas pada bisnis tetapi juga pada kewirausahaan sosial. Ini berarti kemampuan untuk berkreasi, merancang, dan menyelesaikan masalah untuk kebaikan komunitas dan lingkungan1. Siswa ingin melihat relevansi pembelajaran dengan kehidupan mereka saat ini, dan teknologi memfasilitasi hal ini.
Masa Depan Pendidikan
Fullan bahkan berspekulasi bahwa bentuk sekolah saat ini mungkin tidak akan sama 50 tahun lagi. Namun, saat ini, teknologi memungkinkan perluasan waktu dan ruang belajar, menjangkau lebih banyak siswa dengan cara yang dinamis. Contohnya, negara bagian Florida telah mewajibkan siswa SMA untuk mengambil setidaknya satu mata kuliah daring.
Sebagai penutup, Fullan menyarankan untuk menerima dan memanfaatkan potensi teknologi dalam pendidikan, sambil terus mengembangkan dan mengevaluasi kualitas pembelajaran yang dihasilkan. Dengan fokus pada pedagogi yang inovatif dan peran aktif guru serta siswa, teknologi dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk mendorong pembelajaran yang lebih dalam dan relevan.